Langsung ke konten utama

Sejauh putaran jarum jam

Gelap dengar 

berkali-kali tetap mau menunggu, memang sudah dijanjikan untuk bertemu

Seperti apa sebuah takdir ?
Sampai tiba di hari akan beranjak pergi untuk menemui kasihnya
Seketika merasa janggal dengan pandangannya, mungkin juga perasaannya 
Terlihat satu lembar kertas yang di sobek
Seharusnya memang telah pergi
Lantas dirinya mengira ini kejutan penuh ucapan manis.

“...Kau telah menemaniku, mau mempercayai ucapanku dan semua yang telah aku janjikan. Cukup untukmu yang merasa bahagia, walau aku tahu sejatinya ada satu harapan yang tidak tertinggal seperti yang menginginkan untuk menjadi satu hati, kasih. Lebih dari itu tak mau aku memaksakan kehendak, takdir tahu dan aku percaya itu. Boleh kau menunggu ku kembali sampai waktu, takdir, dan doa mu terdengar tuhan, tidak tahu entah kapan itu. abadi lah kebahagiaanmu.”

Ada gerimis datang saat sebelum aku membacanya,
Telak tidak terbayangkan rasa pilu dari kalimat sendu itu
Terganti oleh hujan abadi kala ini, dan
Ratap sudah harapanku, kasih.

“...Sedikit kutipan malam ini
Ada yang mengingat kala membaca buku perbait hingga satu paragraf, hanya mengerti maksud dari isi nya mudah dipahami.
Bisa jadi ketika membaca isinya ada pula yang merasa kisah itu serupa dengan masalalu nya 
Begitu tabu memihaknya untuk mengatakan bahwa, isi dan jalan cerita dari sebuah buku yang mereka baca itu mewakili perasaan sendu hingga timbul rasa iba untuk mengasihani
Cukup, tak usah tahu lebih semua kalimatnya
Hingga sedalam apa makna juga latar belakang kisah yang di tuangkan penulis.

Berharap dari semua makna sepenggal kutipan kisah menjadi sebuah pemahaman baik.
-

(Bertumpu di bawah kertas palsu)



 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tersembunyi

Berlabuh diri di hadapan tanggul dan jurang Jauh dari  tentang dirinya saat dini  hari mulai ku persembahkan luapan gumam kata-perkata kepada tuan dan puan dirumah. Berjalan jauh pada poros takdir hingga sampai saat ini berdiri di ujung jembatan yang telah dibuat, dirangkai dan diikat sekian rupa. Ki ni apa daya tujuannya mulai tumpu bukan menepi tapi memutuskan untuk tidak saling beriringan.   Saat puan jatuh tertimpa atap sampai-sampai serangkai 2 saudara pun merasa tertimpa pula. Terisak tangis hingga malam tiba dan sesampainya di ujung jembatan yang Tuan sengaja rapuhkan, dan sengaja kau rusakan juga. Hingga kini apa 2 serangkai itu harus memihak salah satunya ? M ari lihat seperti apa ringkih tangisan yang amat lama dan begitu hebat.  Bagiku, hanya seorang anak yang merasa ingin membuka lebar haknya begitu  melerai sebuah perdebatan di tengah kekacauan. Saat masih dini hari, ba hkan ku sisipkan nasihatku untuknya. Haruskah berpuluhan tahun terus sepert...

Serayu

Mari mencoba merangkul semua rasa dijadikan padu tanpa sendu  Lama pula seiring habisnya malam Tiba saatnya berlabuh tanpa kisah pilu Kehangatan dari sebuah kalimat Mampu memanjakan kesenangan hati Beralih diri menjadi tegar Mengubah jalan dan pilihan