Gelap dengar
berkali-kali tetap mau menunggu, memang sudah dijanjikan untuk bertemu
Seperti apa sebuah takdir ?
Sampai tiba di hari akan beranjak pergi untuk menemui kasihnya
Seketika merasa janggal dengan pandangannya, mungkin juga perasaannya
Terlihat satu lembar kertas yang di sobek
Seharusnya memang telah pergi
Lantas dirinya mengira ini kejutan penuh ucapan manis.
“...Kau telah menemaniku, mau mempercayai ucapanku dan semua yang telah aku janjikan. Cukup untukmu yang merasa bahagia, walau aku tahu sejatinya ada satu harapan yang tidak tertinggal seperti yang menginginkan untuk menjadi satu hati, kasih. Lebih dari itu tak mau aku memaksakan kehendak, takdir tahu dan aku percaya itu. Boleh kau menunggu ku kembali sampai waktu, takdir, dan doa mu terdengar tuhan, tidak tahu entah kapan itu. abadi lah kebahagiaanmu.”
Ada gerimis datang saat sebelum aku membacanya,
Telak tidak terbayangkan rasa pilu dari kalimat sendu itu
Terganti oleh hujan abadi kala ini, dan
Ratap sudah harapanku, kasih.
“...Sedikit kutipan malam ini
Ada yang mengingat kala membaca buku perbait hingga satu paragraf, hanya mengerti maksud dari isi nya mudah dipahami.
Bisa jadi ketika membaca isinya ada pula yang merasa kisah itu serupa dengan masalalu nya
Begitu tabu memihaknya untuk mengatakan bahwa, isi dan jalan cerita dari sebuah buku yang mereka baca itu mewakili perasaan sendu hingga timbul rasa iba untuk mengasihani
Cukup, tak usah tahu lebih semua kalimatnya
Hingga sedalam apa makna juga latar belakang kisah yang di tuangkan penulis.
Berharap dari semua makna sepenggal kutipan kisah menjadi sebuah pemahaman baik.
-
(Bertumpu di bawah kertas palsu)
Komentar
Posting Komentar