Terpaku diantara roda hasrat
Segala sesuatu mesti diingat dan kini bukan saatnya untuk memikirkan ulang kisah antara hidup untuk mengenang sesuatu atau hidup terbebas dari sesuatu itu (suara masalalu).
Bertanya dengan perasaan ragu akankah setelah rela memilih merubah kesenangan berjalan satu arah dapat menidurkan mimpi buruk dalam hidupku lalu hidup layaknya terlahir bersih ?
Tergagah berlalu sambil menutup telinga, ku ikuti suara waktu tak lama, berlari terlalu cepat jua.
Apa pilihannya juga mati agar tak disangka insan yang tak terarah ?
bersyukur untuk sabar,
Aku pun belajar sabar untuk membiasakan diri dan memahami sesuatu yang seharusnya aku banggakan dan aku lakukan tentang segala rasa harap, rasa cemas, rasa bersama tanpa ada rasa yang tiba-tiba hilang.
jika takdir mengganjal juga terhenti oleh sebuah ikatan hampa, bukan berarti aku yang perlu mencari apa itu, namun siapa yang telah menghilangkan rasa itu.
Masalah perasaan tergolong sedang, bukan kah itu pengalihan ?
Begitu pun dirinya yang tidak selalu mengharapkan sesuatu soal rasa cemas, rasa gundah, namun selalu ingin menjaga pada tali yang diikatnya.
Mungkin memang bisa seperti itu adanya bahkan mungkin juga bukan seperti itu realita kenyataannya.
Ucapan teramat pait oleh sebutan yang sulit membangun ketidakpastian diri, namun coba tanyakan intuisi diri itu saat jiwamu kembali terduduk disela sedang melamun;
Apa mungkin angin yang membawa angan-angan sukma dalam rohku terbawa serta merta dalam tubuh dirinya hingga nyatanya kehilangan terasa amat hampa ?
Alasan terselip dibalik kenyataan alam pikiran merubah syarat perasaan saat intuisi kita sendiri tidak bisa dibohongi.
Komentar
Posting Komentar