![]() |
(source pinterest : rommel) |
Bercerita anak sulung terlahir dari seorang Ibu bersimpul remah kasih, remah bahasa, remah rasa.
Tak cukup definisi yang dapat menerangkan tentangnya. Dari lubuk hati terdalam agar segala perjalanan dan proses kebenaran, arti kehidupan, prioritas kewajiban dari yang dirasa amat banyak yang terjadi menjadi wujud cepatnya waktu berlalu.
Kaleidoskop jadi saksinya dari memori setiap sudut rumah. mendidik dengan banyak cara, namun yang teringat seringnya dilakukan olehnya dengan melihat karakter dari buah hatinya sendiri sepeti apa, tentu mungkin solusi yang paling bisa ditekankan ialah dengan cara paksaan atau dengan memaksa. Namun, dengan bentuk caranya yang berbeda itulah ciri karakter didikannya. Adapun kalimat responsif sebagai penyempurna untuk menekankan didikan yang saat ini aku sendiri alami.
Baik buruknya mesti ditelan, tidak memungkiri dirinya sebagai seorang pendidik pastinya mengerti bagaimana mendidik dengan sebaik mungkin. Ajakan dari segala suruhan atau paksaan agar menganut hal yang menuju kebenaran, melihat dunia dengan mata yang lebar agar tidak tersesat jua.
Pun begitu aku sebagai anak terdidik yang paling pertamanya, pastinya mempunyai seribu salah dari segi ucap, laku, perbuatan serta pemikiran.
Namun saat ini dengan cara menghargai juga berterimakasih menjadi wujud penghargaan, atas segala beban yang di rasanya saat menahan emosi untuk mendidik memberi tahu karena anaknya yang tak geming untuk merubah sifat atau perlakuan buruk saat masih kecil mungkin bisa jadi hingga sekarang pun masih terjadi tanpa aku sadari.
Penyesalan terbaik ialah dengan berubah menjadi lebih baik, penyesalan akan menjadi sia-sia bila nantinya kamu jatuh ke lubang yang sama.
Menanggung harapan besar dari keluarga, adapun alasan ketika beliau berusaha untuk memberikan kehidupan yang indah dan bahagia.
Harapan serta wejangan setiap saat yang diingat dari bahasa mulutnya, “Sibuk dengan urusan dunia, jangan membuat lupa akhiratnya, prioritaskan dirimu dengan satu kewajiban”. Begitulah cakap-cakap selimut bahasanya untuk mengingatkan anaknya agar hidup dijalan beriringan menggandeng keimanan antara spiritual dan sugesti serta dunia dan akhiratnya.
Setelah beberapa dekade yang beliau lewati, mungkin sempatnya ia mengingat dan merasa. Yang ku ingat belia berucap :
Jika tahun lalu penuh duka, penuh lara, penuh kecewa berharap untuk esok tiba semoga saja tahun ini saat yang paling bahagia untuknya, gadisnya, keluarganya.
Adakah yang lebih berat memikul beban daripada wanita ? Bahkan anak yang memiliki keluh kesah akan menjadi ibu mereka sebagai tujuan utamanya untuk mencurahkan semua risalah yang terbendung ruang.
...dan semesta mempunyai cara untuk membuat setiap insan berbahagia...
Pada Ibu sosok Kartini di bumi dalam relung hati. Setitik mutiara telah sengaja tuhan hamparkan di benak buah hatinya.
RA. Kartini pernah berkata :
Tetaplah menjadi perempuan bagaikan Pelita yang tak pernah padam
Selamat Hari RA. Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia, 21 April 2021.

Komentar
Posting Komentar